MAKALAH
MASA PENJAJAHAN BELANDA DI INDONESIA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Latar belakang
kedatangan Belanda ke Indonesia adalah akibat meletusnya perang delapan puluh
tahun antara Belanda dan Spanyol (1568-1648). Pada awalnya, perang antara Belanda
dan Spanyol bersifat agama karena Belanda mayoritas beragama kristen protestan
sedangkan orang Spanyol beragama kristen katolik. Perang tersebut kemudian
menjadi perang ekonomi dan politik. Raja philip II dari Spanyol memerintahkan
kota Lisabon tertutup bagi kapal Belanda pada tahun 1585 selain karena faktor
tesebut juga karena adanya petunjuk jalan ke Indonesia dari Jan Huygen Van
Lischoten, mantan pelaut Belanda yang bekerja pada Portugis dan pernah sampai
di Indonesia.
Tujuan kedatangan belanda ke
indonesia adalah untuk berdagang rempah-rempah. Setelah berhasil menemukan
daerah penghasil rempah-rempah dan keuntungan yang besar, belanda berusaha
untuk mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah dan menjajah. Untuk melancarkan usahanya, belanda menempuh
beberapa cara seperti pembentukan VOC dan pembentukan pemerintahan kolonial
Hindia-Belanda.
Pada awal abad XIX Jawa Setelah
pemerintahan Inggris berakhir, yaitu pada tahun 1816, Indonesia kembali
dikuasai oleh Pemerintahan Hindia-Belanda. Pada masa ”kedua” penjajahan ini,
yang sangat terkenal adalah sistem tanam paksa yang diterapkan oleh Van den
Bosch. Pelaksanaannya pun dimulai pada tahun 1830. Terdapat ketentuan-ketentuan
dalam pelaksanaan sistem tanam paksa tersebut. Namun pada akhirnya, dalam praktek
sesungguhnya terdapat banyak penyimpangan-penyimpangan.
Terdapat perbedaan antara penerapan
sistem sewa tanah yang dilaksanakan oleh Raffles serta sistem tanam paksa yang
dilaksanakan oleh Van den Bosch. Keduanya membawa dampak yang tidak sedikit bagi
kehidupan bangsa Indonesia.
Dalam perkembangan sampai
dengan paruh pertama abad ke-19, kebijakan selain bidang perekonomian, dalam
bidang pendidikan juga tidak diabaikan oleh pemerintah Hindia-Belanda, tetapi
itu hanya masih berupa rencana dari pada tindakan nyata. Dalam periode itu
pemerintah harus melakukan penghematan anggaran, biaya untuk menumpas Perang
Dipenogoro (1825-1830), dan untuk pelaksanaan Culturstelsel.
Dalam rangka usahanya menguasai
Indonesia,Belanda secara licik menjalankan politik pecah belah,sehingga
kerajaan-kerajaan yang saling bertentangan itu menjadi lemah.Kesempatan inilah
digunakan oleh Belanda untuk menjajah Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kedatangan bangsa
asing di nusantara?
2. Bagaimana sejarah kedatangan VOC?
3. Apa saja kegiatan VOC di Indonesia?
4. Mengapa VOC dibubarkan?
5. Bagaimana sejarah lahirnya
pemerintahan Hindia-Belanda di Indonesia?
6. Bagaimana sistem pemerintahan
Hindia-Belanda di Indonesia?
7. Apa saja
Perlawanan Rakyat terhadap pemerintahan Hindia-Belanda?
8. Apa penyebab berakhirnya sistem pemerintahan
Hindia-Belanda di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Kedatangan Hindia-Belanda di
Indonesia
Bangsa belanda datang ke indonesia
pertama kali pada tahun 1596. Rombongan bangsa belanda yang dipimpinoleh
Cornelis de Houtman dan Pieter Keyzer ini membawa empat buah kapal. Setelah
menempuh perjalanan selama empat belas
bulan, pada 22 Juni 1596, mereka berhasil mendarat di Pelabuhan Banten.
Inilah titik awal kedatangan Belanda diNusantara.. Kunjungan pertama tidak
berhasil karena sikap arogan Cornelis de Houtman. Pada 1 Mei 1598, Perseroan
Amsterdam mengirim kembali rombongan perdagangannya ke Nusantara di bawah
pimpinan Jacobvan Neck, van Heemskerck, dan van Waerwijck. Dengan belajar dari
kesalahan Cornelis de Houtman, mereka berhasil mengambil simpati penguasa
Banten sehingga parapedagang Belanda ini diperbolehkan berdagang di Pelabuhan
Banten.
Tujuan kedatangan belanda ke
indonesia adalah untuk berdagang rempah-rempah. Setelah berhasil menemukan
daerah penghasil rempah-rempah dan keuntungan yang besar, belanda berusaha
untuk mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah dan menjajah.
B. Sejarah Kedatangan VOC di Indonesia
VOC (Verenigde Oost-Indische
Compagnie) didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah perusahaan Belanda
yang memiliki monopoli untuk aktifitas perdagangan di Asia.Disebut Hindia Timur
karena ada pula VWC yang merupakan perserikatan dagang Hindia Barat.Perusahaan
ini dianggap sebagai perusahaan pertama yang mengeluarkan pembagiaan
saham.Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah badan dagang saja,tetapi badan
dagang ini istimewa karena di dukung oleh negara dan diberi fasilitas-fasilitas
sendiri yang istimewa.Misalkan VOC boleh memiliki tentara dan boleh
bernegosiasi dengan negara-negara lain.Bisa dikatakan VOC adalah negara dalam
negara.VOC terdiri 6 bagian (kamers),yang terdapat di Amsterdam,Miiddelburg
(untuk Zeeland), Enkhuizen, Delft, Hoom dan Rotterdam.
Pada abad ke-17 dan 18
Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun
oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda:
Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli
terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen
Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama dari pembentukan VOC
adalah sebagai berikut :
1. Menguasai pelabuhan penting.
2. Menguasai kerajaan-kerajaan di
Indonesia.
3. Melaksanakan monopoli perdagangan di
Indonesia.
4. Mengatasi persaingan antara Belanda
dengan pedagang Eropa lainnya
Tujuan
utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah
di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan
terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap
orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut.
Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada
pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh
populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan
pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala. VOC menjadi
terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam
beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.
C. Kegiatan-kegiatan VOC di
Indonesia
Kegiatan VOC di Indonesia mulai
diorganisasi dan dimonopoli perdagangan mulai diterapkan setelah ditetapkannya
gubernur jendral yang pertama yaitu Pieter Both. Pieter Both menentukan
pusat kedudukan VOC di Ambon. Pilihan itu didasari pertimbanagan bahwa dari
ambon kegiatan untuk menerapkan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku
akan lebih mudah dilakukan. Dalam perkembangannya Pieter Both memindahkan pusat
kedudukan VOC ke Jayakarta dengan alasan lebih srategis dan akan lebih mudah
menyingkirkan portugis yang berkedudukan di Malaka.
Sejak tanggal 31 Mei 1691,VOC
memperoleh hak penuh atas Jayakarta, dan sejak itu Jayakarta berubah
menjadi Batavia. Melalui Batavia VOC memperluas pengaruhnya ke berbagai wilayah
di Indonesia. Perluasan pengaruh itu disertai penerapan monopoli perdagangan.
Dengan kekuatan militer dan keahlian memecah belah,sejumlah wilayah tunduk pada
pengaruh VOC. Untuk menjalankan monopoli perdagangan VOC membuat peraturan
sebagai berikut :
1. Petani rempah-rempah hanya boleh
bertindak sebagai produsen hak jual-beli hanya dimiliki VOC
2. Panen rempah-rempah harus di jual
kepada VOC dengan harga yang ditentukan oleh VOC.
3. Barang kebutuhan sehari-hari seperti
peralatan rumah tangga,garam,dan kain harus dibeli dari VOC dengan harga yang
ditentukan VOC.
Perluasan pengaruh VOC berlangsung
setelah VOC berkedudukan di Batavia. Setelah menguasai Batavia,VOC menenamkan
pengaruh politik di kerajaan Banten. Kemudian,VOC bergerak ke timur dan
berhasil memperlemah kerajaan mataram di Jawa Tengah melalui perjanjian Giyanti
dan perjanjian Salatiga. Sedangkan Makassar,VOC berhasil menenamkan
pengaruh politiknya melalui perjanjian Bongaya.
Di Maluku,VOC menenamkan pengaruh politiknya melalui perjanjian dengan penguasa
setempat. Dengan itu,VOC mengadakan perjanjian untuk saling membantu menghadang
pengaruh Portugis. Dengan Ternate,VOC mengadakan perjanjian dalam rangka
menanamkan pengaruhnya di Selat Barat,Luhu,Kambelo, dan Ludisi yang termasuk
wilayah kekuasaan VOC.
D. Bubarnya VOC di Indonesia
Hampir 2 abad VOC mengalami
kejayaan dan berkuasa mutlak di Indonesia (abad ke-17 dan ke-18) banyak
keuntungan dari monopoli perdagangan rempah-rempah dan campur tangan secara
politis di berbagai wilayah.
Pada akhir abad ke-18
organisasi ini mengalami kebangkrutan,dan tanggal 31 Desember 1799 VOC di
bubarkan. Bangkrutnya VOC itu ditandai oleh buruknya kondisi keuangan serikat
dagang tersebut. Dengan kas yang kosong dan utang yang menumpuk,VOC kemudian
tidak dapat lagi menjalankan kegiatannya. Berikut ini faktor-faktor penyebab
bangkrutnya VOC :
1. Para pegawai VOC banyak yang
melakukan korupsi.
2. Banyak pegawai VOC yang tidak cakap
sehingga pengendalian monopoli perdagangan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
3. VOC banyak menanggung utang akibat
peperangan yang dilakukan baik dengan rakyat Indonesia maupun dengan Inggris.
4. Kemrosotan moral dikalangan para
penguasa akibat sistem monopoli perdagangan.
5. Tidak berjalannya verplichte leveranti
(penyerahan wajib) dan preanger stelsel (aturan pringan) yang di
maksudkan untuk mengisi kas VOC yang kosong.
6. Banyak prajurit VOC yang mati akibat
menghadapi perlawanan rakyat.
E. Lahirnya Pemerintahan Hindia-Belanda
di Indonesia
Setelah Voc
dibubarkan, Kaisar Prancis Napoleon Bonaperte mengangkat saudaranya untuk
dijadikan raja di Belanda. Saudaranya tersebut bernama Louis Bonaperte. Atas
kehendak Louis Bonaperte, diangkatlah Herman Willem Daendels sebagai gubernur
jendral di Indonesia. Tugas-tugas Daendels sebagai gubernr di Indonesia adalah
mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris, mengatur pemerintahan di
Indonesia dan membereskan keuangan. Untuk melaksanakan tugas-tugasnya Daendels
mengambil kebijakan menyangkut bidang pertahanan, pemerintahan dan keuangan.
Tindakan
Daendels menjual tanah-tanah negara kepada orang-orang partikelir (swasta)
dianggap telah melanggar undang-undang. Oleh karena itu, pada tahun 181
Daendels ditarik ke Eropa oleh Napoleon. Alasan yang dikemukakan oleh Napoleon
adalah Daendels akan diikut sertakan dalam penyerbuan ke Rusia pada tahun 1812.
Daendels kemudian digantikan oleh jansens. Akan tetapi jansens belum sempat
melaksanakan tugas-tugasnya, Belanda sudah dikalahkan oleh Inggris. Pada
tanggal 18 September 1811, Belanda dan Inggris menyepakati suatu Perjanjian
yang disebut Kapitulasi Tuntang.
F. Sistem Pemerintahan Hindia-Belanda
di Indonesia
1. Struktur Pemerintahan
Hindia-Belanda di Indonesia
a. Sistem Pemerintahan Desentralisasi
Pemerintahan
Hindia-Belanda berupaya menggunakan sistem pemerintahan desentralisasi untuk
mengatur kekuasaan di wilayah jajahannya. Pada dasarnya pemerintahan
desentralisasi hindia-Belanda bertujuan untuk membuka kemungkinan diadakannya
daerah-daerah yang memiliki pemerintahan sendiri namun tetap memiliki tanggung
jawab dan berada di bawah pengawasan pemerintah pusat.
Pada awalnya gubernur jenderal yang merupakan
wakil ratu belanda memiliki kekuasaan yang sanagt luas, sehingga untuk
melaksanakan tugasnya dibantu oleh organisasi-organisasi pemerintah yang diisi
oleh pejabat-pejabat baik pusat maupun daerah. Namun kekuasaan
yang tak terbatas menuai protes dari komunitas-komunitas pengusaha Belanda,
karena mereka juga ingin menyuarakan pendapatnya dalam menentukan kebijakan.
Untuk mengatasi
hal itu diusulkan untuk membentuk gewestelijk raden, yaitu suatu dewan
dimana warga eropa dapat berbicara untuk menyuarakan isi hatinya. Inilah yang
mengawali terbentukany decentralisatie wet, kurang lebih pasalnya berisi
tentang pemerintah di daerah-daerah jajahan kerajaan Belanda.
b.
Birokrasi Pada
Masa Pemerintah Hindia-Belanda
Sebagai bangsa
pendatang yang ingin menguasai wilayah nusantara, baik secara politik maupun
ekonomi, pemerintah kolonial menyadari bahwa keberadaannya tidak selalu aman.
untuk itu pemerintah kolonial menjalin hubungan politik dengan pemerintah
kerajaan yang masih disegani, hal ini bertujuan untuk menanamkan pengaruh
politiknya terhadap elite politik kerajaan.
Terjadi
dualisme sistem birokrasi pemerintahan pada saat pemerintahan kolonial
berlangsung, yaitu mulai diperkenalkannya sistem administrasi kolonial (Binnenlandsche
Bestuur) yang memperkenalkan sistem administrasi dan birokrasi modern yang
puncaknya pada ratu Belanda dan sistem administrasi tradisional (inheemche
Bestuur) masih dipertahankan oleh pemerintah kolonial.
Dalam struktur
pemerintahan di nusantara, Belanda menempatkan Gubernur Jenderal yang dibantu
oleh gubernur dan residen. Gubernur merupakan wakil pemerintah pusat yang berkedudukan
di batavia, setingkat wilayah propinsi. Sedangkan untuk tingkat kabupaten
terdapat asisen residen dan pengawas (Controleur). keberadaan asisten
residen diangkat oleh gubernur jenderal untuk mengawasi bupati dan wedana dalam
menjalankan pemerintahan sehari-hari. Pengawasan dari raa hanya ditunjukkan
pada saat-saat tertentu, seperti pengiriman upeti kepada raja. bupati tidak
memiliki kekuasaan yang otonom lagi, akan tetapi selalu mendapat kontrol dari
pengawas yang ditunjuk pemerintah pusat. perubahan birokrasi pemerintahan
tersebut mendorong Belanda untuk mengadakan perubahan hak pemakaian tanah.
Struktur
administrasi pemerintah kolonial belanda di indonesia sebagai berikut. gubernur
jenderal memegang kekuasaan tertinggi sebagai wakil dari Ratu Belanda yang
berkedudukan di propinsi. dikabupaten diperintah oleh gubernur, sub kabupaten
oleh residen, dibawahnya ada asisten residen yang mengawasi para patih dan
bupati, dibawahnya ada pengawas yang bertugas mengawasi wedana dan asisten
wedana.
2. Kebijakan-kebijakan pada
Pemerintahan Hindia-Belanda
a. Kebijakan Pemerintahan pada Masa
DAENDELS
Setelah VOC bubar,Herman Wiiliam
Daendels menjadi Gubernur Jenderal di Indonesia,dengan tugas pokoknya,antara
lain :
1) Mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris
2) Mengatur pemerintahan di Indonesia
Untuk menjalankan tugas-tugasnya
Daendels melakukan beberapa tindakan,antara lain sebagai berikut :
1) Membentuk pasukan dari orang-orang
Indonesia.
2) Mendirikan pabrik senjata di Semarang
dan Surabaya.
3) Membangun pangkalan armada di Merak
dan Ujung kulon.
4) Mendirikan benteng-benteng
pertahanan.
5) Membangun Jalan Raya Anyer-
Panarukan.
Beberapa cara yang di lakukan
Daendels untuk mendapatkan dana agar dapat menjalankan tugasnya antara lain :
1) Contingenten : mewajibkan penduduk
untuk menyerahkan sebagian hasil buminya sebagai pajak.
2) Verplichte Leverentie :
mewajibkan penduduk menjual hasil buminya kepada pemerintahan Belanda dengan
harga yang di tentukan.
3) Menjual tanah negara kepada pihak
swasta.
4) Pringer Stelsel : mewajibkan
penduduk priangan untuk menanam kopi yang hasilnya di serahkan kepada
pemerintahan Belanda.
Pemerintahan Daendels di Indonesia
menimbulkan penderitaan rakyat karena Daendels bertindak kejam terhadap rakyat.
Daendels mengeksploitasi kekayaan alam dan tenaga rakyat Indonesia yang
menimbulkan kebencian rakyat. Selain itu Daendels melakukan kesalahan dengan
menjual tanah pemerintahan kepada para pengusaha swasta. Akibatnya pada tahun
1811 Daendels di tarik kembali ke Belanda dan di gantikan oleh Janssens.
b. Kebijakan Pemerintahan Pada Masa
JASSENS
Gubernur Jendral Janssens ternyata
seorang Gubernur Jendral yang lemah,buktinya ketika Inggris menyerang Janssens
terpaksa harus menyerah dan menandatangani perjanjian Kapitulasi Tuntang 17
Desember 1811.
Isi perjanjian Kapitulasi Tuntang
adalah :
1) Seluruh militer Belanda menjadi tawanan Inggris.
2) Utang pemerintahan Belanda tidak di akui Inggris.
3) Indonesia harus diserahkan kepada Inggris.
Kekalahan Janssens disebabkan oleh :
1) Tidak terjalinnya hubungan kerjasama dengan raja-raja di
Indonesia.
2) Angkatan perang warisan Daendels kurang kuat.
3) Janssens kurang cakap memimpin pemerintahan
c. Kebijakan Pemerintahan pada Masa
RAFFLES
Dengan penandatangan Kapitulasi
Tuntang tanggal 17 Desember 1811,Belanda harus menyerahkan Indonesia kepada
Inggris di bawah pimpinan Stamoford Raffles yang berkedudukan di Batavia.
Raffles menerapkan kebijakan-kebijakan
antara lain :
1) Membagi pulau Jawa menjadi 16 karesidenan.
2) Melarang perdagangan budak
3) Menghapus segala bentuk penyerahan wajib semasa Daendels
4) Menghapus peran Bupati sebagai pemungut pajak
5) Memberlakukan sistem sewa tanah (Landrent)
Akan tetapi sistem pajak sewa tanah
(Land rent) pada masa Raffles mengalami kegagalan,sebab :
1) Sulit menentukan jumlah pajak yang
harus di bayar
2) Tidak ada dukungan dari para Bupati
3) Pajak sewa tanah harus dibayar
dengan uang,padahal rakyat belum mengenal sistem peredaran uang.
Pemerintahan Raffles berakhir tahun
1816 dikarenakan berdasar perjanjian London yang di tandatangani Inggris dan
Belanda tahun 1814, Inggris harus menyerahkan kembali tanah jajahan yang di
rebut dari Belanda termasuk Indonesia. Pada tanggal 19 Agustus 1816 Inggris di
wakili John Fendell dan pihak Belanda di wakili oleh Boyskes,Elout,dan Van Der
Cappelen.
Dalam pemerintahannya yang singkat
Raffles juga berjasa,yaitu :
1) Menyusun buku History of Java
2) Menemukan Bunga Raffesi
3) Merintis terbentuknya Kebun Raya
Bogor.
d. Sistem Tanam Paksa di Indonesia
Abad ke-19 pemerintahan Belanda
mengalami kesulitan keuangan yang disebabkan oleh :
1) Banyaknya hutang luar negeri yang di
tanggung pemerintahan Belanda.
2) Banyaknya biaya yang dikeluarkan
pemerintahan Belanda untuk perang melawan rakyat Indonesia dan pemberontakan
rakyat Belgia yang ingin memerdekaan diri dari Belanda.
Untuk mengatasi Van Den Bosch
mengusulkan pelaksanaan sistem tanam paksa / Cultur Stelsel di Indonesia.
Dalam pelaksanaan tanam paksa telah
diatur beberapa pokok ketentuaan ,akan tetapi dalam pelaksanaan sistem tanam
paksa menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan. Penyimpangan itu disebabkan
oleh adanya culture proceten yang diberlakukan pemerintah Belanda. Culture
procentan adalah hadiah / persen bagi setiap pegawai tanam paksa yang dapat
menyetorkan hasil tanaman melebihi ketentuan yang telah ditetapkan. Hal
tersebut mengakibatkan para pegawai tanam paksa berusaha memaksa dan memeras
rakyat.
Pelaksanaan sistem tanam paksa
menimbulkan akibat yaitu :
1) Bagi Indonesia , menimbulkan
penderitaan ,kelaparan,kemiskinan bagi rakyat Indonesia terutama di daerah
Demak, Grobogan, dan Cirebon.
2) Bagi Belanda, sistem tanam paksa
menyebabkan pemerintahan Belanda mengalami surplus keuangan.
Pelaksanaan sistem tanam yang
menimbulkan penderitaan rakyat Indonesia mendapat kritik keras dari tokoh
liberal dan humanis Belanda.
Tokoh-tokoh penentang sistem tanam
paksa adalah :
1) Douwes Dekker dengan nama samaran
Empu Tatuli yang melukiskan penderitaan rakyat Indonesia akibat sistem tanam
paksa.
2) Frans Van der Putte yang menentang
sistem tanam paksa dengan menulis buku berjudul Suiker Contraction. Bersama
dengan Baron Van Hoevel berjuang menghapus sistem tanam paksa melalui parlemen
Belanda.
Adanya kritikan-kritikan terhadap
pelaksanaan sistem tanam paksa akhirnya mendorong pemerintahan Belanda
menghapus sistem tanam paksa secara resmi tahun 1870.
e. Kebijakan Pelaksanaan Politik Pintu
Terbuka
Sistem tanam paksa secara resmi
dihapus tahun 1870 sejak saat itu perekonomian Hindia-Belanda memasuki zaman
liberal. Menurut kaum liberal kehidupan perekonomian dan pihak swasta bebas
melakukan tindakan ekonomi.
Pada tahun 1870 politik pintu
terbuka/politik colonial liberal diberlakukan di Indonesia yang di tandai
dengan keluarnya undang-undang Agraria (Agrasche Wet) tahun 1870.
Tujuan dikeluarkan undang-undang Agraria adalah :
1) Memberikan kesempatan kepada para
pengusaha swasta asing untuk menyewa tanah dari rakyat Indonesia.
2) Melindungi hak milik petani pribumi
atas tanahnya dari penguasaan orang asing.
Pokok-pokok aturan dalam
Undang-undang Agraria adalah :
1) Gubernur Jendral tidak boleh menjual
tanah pemerintah,tanah tersebut dapat disewakan paling lama 75 tahun.
2) Gubernur Jendral tidak boleh
mengambil tanah yang dibuka rakyat
3) Tanah milik pemerintah antara lain
hutan yang belum dibuka,tanah yang berada diluar wilayah milik desa,tanah milik
adat.
4) Tanah milik penduduk antara lain
semua sawah,ladang dan sejenisnya yang dimiliki oleh penduduk desa,boleh disewa
pihak swasta jangka panjang waktu 5 sampai 20 tahun.
Dengan adanya politik pintu terbuka
tersebut berarti bangsa Indonesia terbuka untuk penanaman modal asing.
Pelaksanaan politik pintu terbuka di Indonesia menimbulkan akibat atau dampak
yang luas antara lain :
1) Tanah perkebunan semakin tambah luas
2) Rakyat terutama dipulau Jawa hidup
dalam kemiskinan dan penderitaan
3) Usaha kerajinan rakyat terdesak oleh
barang-barang impor
4) Rakyat pedesaan mulai mengenal arti
pentingnya peredaraan uang.
5) Modal swasta asing mulai ditanam di
Indonesia
G. Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap
Pemerintah Hindia-Belanda
a. Perang Patimura / Perang Maluku
(1817)
Sebab terjadinya perang Maluku
adalah
1) Penindasan Belanda terhadap rakyat Maluku
2) Kegelisahan rakyat Maluku terhadap Belanda yang diduga membebani
rakyat dengan berbagi pihak
3) Pendudukan Belanda atas bentang Duurtstede di Saparua
Dalam perjuangan Pattimura yang
dikenal dengan Thomas Maltullessy dibantu Thomas Pattiwael,Anthonie
Rheboak,Said Parintah,Latumahina dan Christina Marta Tiahahu. Akan tetapi
perjuangan Pattimura mengalami kegagalan. Tertangkapnya para pemimpin
perjuangan rakyat Maluku perlawanan menjadi melemah dan akhirnya dapat dikuasai
oleh Belanda.
b. Perang Diponegoro (1825-1830)
Sebab-sebab umum terjadinya perang
Diponegoro melawan pemerintah kolonial Belanda antara lain :
1) Belanda turut campur dalam urusan
keraton
2) Penderitaan rakyat akibat perlakuan
pemerintahaan kolonial Belanda yang sewenang-wenang
3) Kebencian kalangan istana karena
Belanda semakin mempersempit wilayah kerajaan
4) Kekecewaan kaum ulama terhadap sikap
orang-orang Belanda yang merendahkan
Adapun penyebab khusus terjadinya
perang Diponegoro adalah pemasangan tonggak-tonggak untuk membuat jalan yang
melalui makan leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo tanpa ijin lebih dahulu.
Dalam perjuangan Pangeran Diponegoro
antara lain dibantu Kyai Mojo,Sentot Prawirodirjo,dan Noto Projo menggunakan
siasat gerilya.
Untuk menghadapi perang Diponegoro Belanda menerapkan sistem
benteng stelsel,dengan tujuan adalah :
1) Mempersempit ruang gerak Pangeran
Diponegoro
2) Memecah belah pasukan Diponegoro
3) Menekan pertahanan Diponegoro agar
cepat menyerah
Adanya benteng stelsel menyebabkan
kedudukan Pangeran Diponegoro menjadi terdesak. Tokoh-tokoh pemimpin pasukan
Diponegoro satu-persatu ditangkap Belanda. Bahkan Pangeran Diponegoro juga
ditangkap Belanda dalam perundingan tanggal 18 Maret 1830. Pangeran Diponegoro
kemudian diasingkan di Makassar hingga wafat tanggal 8 Januari 1855.
c. Perang Paderi (1821-1837)
Penyebab perang Paderi di
Minangkabau Sumatera Barat adalah :
1) Pertentangan antara kaum Adat dan
kaum Paderi yang berusaha menegakkan agama Islam dari tidakan-tindakan yang
menyimpang dari ajaran Islam
2) Belanda turut campur dalam
pertentangan kaum Adat dan kaum Paderi dengan cara membantu kaum Adat.
d. Perang Bali (1846-1863)
Penyebab terjadinya Perang Bali
melawan pemerintah Belanda adalah :
1) Belanda menuntut kerajaan-kerajaan
di Bali mengakui kekuasaan pemerintah kolonial Belanda
2) Belanda menolak Hukum Tawan Karang
,yaitu hak raja-raja Bali merampas semua kapal asing yang terdampar di wilayah
kerajaanya
3) Kerajaan-kerajaan di Bali menolak
tunduk kepada pemerintah Belanda
e. Perang Banjar (1859-1863)
Penyebab terjadinya perang Banjar
melawan kolonial Belanda adalah :
1) Penangkapan Prabu Anom yang terkenal
menentang VOC
2) Belanda campur tangan dalam urusan
kerajaan Banjar dengan mengangkat Pangeran Tamjidillah sebagai raja Banjar
menggantikan Sultan Adam.
Perlawanan rakyat Banjar terhadap
Belanda dipimpin oleh Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayat yang dibantu Kyai
Demang Leman,Haji Buyasin,dan Haji Nasrun. Akan tetapi perlawanan rakyat Banjar
semakin lemah setelah tokoh-tokoh pemimpin Banjar ditangkap Belanda. Akibatnya
Banjar menjadi wilayah kekuasaan Belanda.
f. Perang Aceh (1873-1904)
Penyebab terjadinya perang Aceh
melawan pemerintah kolonial Belanda adalah :
1) Belanda menuntut Aceh mengakui
kekuasaan pemerintah Kolonial Hindia-Belanda
2) Belanda turut campur dalam urusan
luar negeri Aceh
Ditandatanganinya Traktat Sumatera
tahun 1871 yang memberikan kebebasan Belanda memperluas kekuasaan ke Sumatera
termasuk Aceh. Pemimpin perjuangan melawan Belanda antara lain : Teuku
Umar,Teuku Cik Di Tiro,Panglima Polim,Cuk Nyak Dien,dan Cuk Meutia.
Meskipun perang sudah berlangsung
lama Belanda belum sepenuhnya menguasai Aceh. Oleh karena itu Belanda mengirim
Dr.Snouck Hurgronje untuk meneliti kehidupan sosial budaya Aceh. Dr. Snouck
Hurgronje dalam bukunya De Atjeher menyarankan kepada pemerintah Belanda harus
melakukan serangan besar-besaran dalam menghadapi perang Aceh.
Pada tahun 1899 pasukan Belanda
(Pasukan Marsose) yang dipimpin kolonel Van Heutz menyerang Aceh secara
besar-besaran sehingga para pemimpin Aceh satu-persatu gugur dan tertangkap.
Akhirnya Sultan Muhammad Daud Syah dipaksa menandatangani perjanjian tersebut
Aceh harus tunduk pada pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda.
g. Gerakan Protes Petani
Perjuangan rakyat Indonesia melawan
Kolonial Belanda tidak hanya dilakukan dalam bentuk perang, tetapi juga dalam
bentuk gerakan protes petani. Gerakan protes petani adalah gerakan yang
dilakukan para petani sebagai ungkapan protes kebijakan pemerintah kolonial.
Faktor-faktor pendorong timbulnya gerakan protes
petani antara lain :
1) Kebencian para petani,adanya
pemberlakuan berbagai pajak yang memberatkan
2) Para pengusaha bertindak
sewenang-wenang
3) Adanya praktek penindasan dan perbudakan
4) Adanya keyakinan datangnya ratu adil
yang akan embebaskan mereka.
Gerakan protes petani,misalnya :
1) Di Ciamis 1886 dipimpin oleh
Mohammad Idris
2) Di Condet 1912 dipimpin oleh Entong
Gendut
3) Di Surabaya 1916 dipimpin oleh
Sadikin.
H. Berakhirnya Pemerintahaan
Hindia-Belanda
Sejarah panjang
masa berakhirnya pemerintahan Hindia Belanda sebenarnya telah mulai muncul
karena diberlakukannya Politik Etis . Dengan dilakukannya Politik Etis tersebut
justru mengancam kedudukan pemerintahan Hindia Belanda karena Politik Etis
dapat menghadirkan lahirnya golongan terpelajar. Golongan terpelajar inilah
yang mempelopori lahirnya Pergerakan Nasional, gerakan-gerakan anti penjajahan
banyak bermunculan pada masa ini. Dimulai dari masa pembentukan (1908-1920)
berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam dan Indische Partij, masa
radikal/nonkooperasi (1920-1930) berdiri organisasi seperti Partai Komunis
Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI) dan Partai Nasional Indonesia (PNI)
serta pada masa moderat/kooperasi (1930-1942) berdiri organisasi seperti
Parindra, Partindo, dan GAPI. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan,
organisasi pemuda, dan organisasi perempuan.
Pihak Hindia
Belanda mulai menjalankan tingkat penindasan baru untuk menanggapi perkembangan
tersebut. Dalam masalah politik, gerakan anti penjajahan melanjutkan
langkah-langkah yang tidak menghasilkan apa-apa. Pemerintahan Hindia Belanda
memasuki tahapan yang paling menindas dan paling konservatif dalam sejarahnya
pada abad XX.
Tanda-tanda
runtuhnya pemerintahan Hindia Belanda semakin menguat ketika berkobar Perang
Dunia II di Eropa yang ditandai dengan penyerbuan Jerman atas Polandia pada
tanggal 1 September 1939, kemudian Jerman yang pada saat itu dipimpin oleh
Hitler menyerbu negeri Belanda pada tanggal 10 Mei 1940 yang menyebabkan
pemerintah Belanda lari ke pengasingan ke London. Pada bulan September 1940,
Pakta Tiga Pihak mengesahkan persekutuan Jepang-Jerman Italia. Prancis
dikalahkan oleh Jerman pada bulan Juni 1940. Pada bulan September, pemerintah
Prancis di Vichy yang bekerja sama dengan pihak Jerman memperbolehkan Jepang
membangun pangkalan-pangkalan militer di Indo-Cina yang merupakan jajahan
Prancis. Pada saat itu pemimpin-pemimpin Jepang mulai terang-terangan tentang
“pembebasan” Indonesia. Di Den Haag sebelum jatuhnya negeri Belanda dan di
Batavia sesudah itu, Jepang mendesak agar Belanda memperbolehkan memasuki
Indonesia seperti mereka diperbolehkan di Indocina, tetapi perundingan-perundingan
itu akhirnya mengalami kegagalan pada bulan Juni 1941 dan pada bulan Juli
balatentara Jepang di Indocina diperkuat. Bulan Oktober 1941, Jenderal Hideki
Tojo menggantikan Konoe sebagai Perdana Menteri. Sebenarnya, sampai akhir tahun
1940, pimpinan militer Jepang tidak menghendaki melawan beberapa negara
sekaligus, namun sejak pertengahan tahun 1941 mereka melihat, bahwa Amerika
Serikat, Inggris dan Belanda harus dihadapi sekaligus, apabila mereka ingin
menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara. Apalagi setelah Amerika
melancarkan embargo minyak bumi, yang sangat mereka butuhkan, baik untuk
industri di Jepang, maupun untuk keperluan perang.
Kini peperangan
di Asia sudah diambang pintu. Admiral Isoroku Yamamoto, Panglima Angkatan Laut
Jepang, mengembangkan strategi perang yang sangat berani yaitu mengerahkan
seluruh kekuatan armadanya untuk dua operasi besar. Seluruh potensi Angkatan
Laut Jepang mencakup 6 kapal induk (pengangkut pesawat tempur), 10 kapal
perang, 18 kapal penjelajah berat, 20 kapal penjelajah ringan, 4 kapal
pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65 kapal selam serta 2.274 pesawat
tempur. Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk, 2 kapal perang, 11 kapal perusak
serta lebih dari 1.400 pesawat tempur dan pada akhirnya pada tanggal 8 Desember
1941 (7 Desember di Hawaii), Jepang menyerang basis perang Amerika Serikat di
Pearl Harbour, mereka juga menyerang Hongkong, Filipina dan Malaysia yang
dilakukan oleh kekuatan kedua yaitu sisa kekuatan Angkatan Laut yang mereka
miliki yang mendukung Angkatan Darat dalam Operasi Selatan atau Filipina dan
Malaysia tersebut yang kemudian penyerangan itu akan dilanjutkan ke Jawa.
Karena
penyerangan itu pulalah negeri Belanda mengikuti jejak sekutu-sekutunya
menyatakan perang terhadap Jepang. Pada tanggal 10 Januari 1942 penyerbuan
Jepang ke Indonesia dimulai. Pada tanggal 15 Februari, pangkalan Inggris di
Singapura juga menyerah. Pada akhir bulan Februari tepatnya tanggal 27 Februari
1942 balatentara Jepang berhasil menghancurkan armada gabungan Belanda, Inggris,
Australia dan Amerika dalam pertempuran di laut Jawa. Tanggal 28 Februari 1942,
Tentara ke 16 di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura mendarat di
tiga tempat di Jawa Banten, Eretan Wetan dan Kragan dan segera menggempur
pertahanan tentara Belanda. Setelah merebut Pangkalan Udara Kalijati, Letnan
Jenderal Imamura membuat markasnya di sana. Imamura memberikan ultimatum kepada
Belanda, bahwa apabila tidak menyerah, maka tentara Jepang akan menghancurkan
tentara Belanda.
Kemudian pada 8
Maret 1942, pihak Belanda di Jawa menyerah dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda
Tjarda van Starkenborgh Stachouwer ditawan oleh pihak Jepang. Dengan demikian,
bukan saja de facto, melainkan juga de jure, seluruh wilayah bekas Hindia
Belanda sejak itu berada di bawah kekuasaan dan administrasi Jepang. Dann pada
saat itulah kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia berakhir.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Belanda datang pertama kali ke
Indonesia pada tahun 1596-1811,dan yang kedua kalinya pada tahun 1814-1904. Tujuan
kedatangan Belanda ke Indonesia adalah untuk memonopoli perdagangan
rempah-rempah di Indonesia. Dan untuk melancarkan usahanya, Belanda menempuh
beberapa cara yaitu membentuk VOC pada tahun 1902 dan membentuk pemerintahan
kolonial Hindia-Belanda. Setelah masa penjajahan itu usai, Belanda meninggalkan
kebudayaan dan kebijakan-kebijakan yang sebagian masih di pakai oleh Indonesia.
Indonesia pada masa pemerintahan
Hindia-Belanda abad XIX sudah mengalami berbagai pergantian Gubernur Jendral
tetapi yang paling menyengsarakan rakyat yaitu pada masa Gubjen, Rafles,
Daendels, Van den Bosch, dan van Hogendrop. Yang menerapkan system tanam paksa,
penyerahan wajib hasil pertanian, penyewaan tanah kepada rakyat, penyewaan desa
pada pihak swasta dan pembuatan jalan dari Anyer sampai Panarukan.
2. Analisis
Indonesia pernah merasakan dijajah
oleh negara lain, seperti Portugis dan Inggris. Akan tetapi penjajahan itu
tidak begitu lama. Baru setelah itu bangsa Indonesia mulai dijajah kembali oleh
bangsa barat yaitu Belanda yang kurang lebih selama 300 tahun lamanya. Pada
awalnya Belanda hanya ingin melakukan perdagangan rempah-rempah di Indonesia.
Akan tetapi melihat kondisi Indonesia yang begitu kaya akan rempah-rempah VOC
berniat melakukan monopoli perdagangan. VOC merupakan persatuan dari berbagai
perseroan dan disahkan dengan suatu piagam yang memberi hak khusus untuk
berdagang, berlayar dan memegang kekuasaan. Jadi pada saat
pemerintahan Hindia-Belanda, masyarakat sangat tertindas karena adanya sistem
tanam paksa dan kerja rodi dan pemerintahan yang hanya mengntungka pemerintahan
Belanda, tidak memperhatikan rakyat.
DAFTAR PUSTAKA
Kantaprawira, Rusadi, 1999, Sistem
Poloitik Indonesia: Suatu Model Pengantar, Bandung, Sinar Baru Algensindo.
Budiardjo Miriam, 2010, Dasar-Dasar Ilmu Politik,
Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wardono, Agus, 2006, Sejarah, Klaten, Viva Pakarindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar