hayyyy sobat blogger kembali lagi di blog saya http://idhylthevirgo98.blogspot.com/
'langsung saja yang punya tugas PAI copy paste aja makalah ini dan jangan lupa mampir di kotak komentar saya ok.....
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setelah
Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh
akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran
secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan
kecil yang satu sama lain saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan
peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu, keadaan
politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah
muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, diantaranya Utsmani di Turki,
Mughal di India dan Safawi di Persia. Kerajaan Utsmani ini adalah yang pertama
berdiri juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan
lainnya.
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa
Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri
Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan
kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad ke sembilan atau ke
sepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan
serangan-serangan Mongol pada abad ke-13 M, mereka melarikan diri ke daerah
barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara-saudara mereka,
orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia Kecil. Di sana, di bawah
pimpinan Al Tughril, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan
Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan
mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin
menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium.
Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai
ibu kota.
Perjalanan panjang kerajaan Turki
Utsmani telah melahirkan 35 orang Sultan dengan corak kepemimpinan
masing-masing. Tetapi sebagaimana Dinasti lainnya, hukum sejarah juga berlaku,
bahwa masa pertumbuhan yang diiringi dengan masa gemilang biasanya berakhir
dengan masa kemunduran bahkan mungkin kehancuran.
Makalah ini akan membahas
sejarah berkembangnya kerajaan Turki Utsmani, masa puncak dan kemajuan
peradaban serta tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana proses berdirinya
kerajaan Turki Utsmani
2. Bagaimana Masa
puncak dan kemajuan peradaban kerajaan Turki Usmani
3. Siapa sajakah tokoh-tokoh
yang berperan dalam kerajaan Turki Usmani
BAB II
PEMBAHASAN
A. Berdirinya Kerajaan
Turki Utsmani
Nama
kerajaan Utsmaniyah itu diambil dari dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka
yang pertama, Sultan Utsmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu Sulaimansyah Ibn Kia
Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah. Awal mula berdirinya
Dinasti ini banyak tertulis dalam legenda dan sejarah sebelum tahun 1300.
Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri
Cina kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka pindah ke Turkistan, Persia dan
Iraq. Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10 ketika menetap di Asia Tengah.
Kerajaan Turki Utsmani didirikan oleh suku bangsa pengembara yang
berasal dari wilayah Asia Tengah, yang termasuk suku Kayi. Ketika bangsa Mongol
menyerang dunia Islam, pemimpin suku Kayi Sulaiman Syah, mengajak anggota
sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol tersebut dan lari ke arah
Barat. Mereka akhirnya terbagi menjadi dua kelompok yang pertama ingin pulang
ke negeri asalnya, yang kedua meneruskan perantauannya ke wilayah Asia Kecil.
Pada
abad ke-13 M, saat Jhengis Khan mengusir orang-orang Turki
dari Khurasan dan sekitarnya. Kakeknya Utsman, yang bernama Sulaeman bersama
pengikutnya bermukim di Asia kecil. Setelah reda serangan Mongol terhadap
mereka, Sulaeman menyebrangi Sungai Efrat (dekat Aleppo). Namun,
saat di tengah pelayarannya kapal Sulaeman tenggelam, empat putra Sulaeman yang
bernama Shunkur, Gundoghur, al Tughril, dan Dundar selamat. Al Tughril dan
Dundar bermukim di Asia Kecil. Keduanya akhirnya berhasil mendekati Sultan
Saljuk yang bernama Sultan Alauddin di Anggara (kini Angara)
yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka inilah,
Bizantium dapat dikalahkan. Ali dalam Karim,
menjelaskan bahwa “sebagai balas jasa, Alauddin memberikan daerah Iski Shahr
dan sekitarnya kepada al Thugril”.
Birokrat-birokrat dinasti Utsmaniyyah yang dilatih dalam sistem
istana dan bukan di madrasah atau di sekolah agama memiliki suatu pandangan
lain terhadap hubungan timbal balik antara politik dan agama. Pandangan mereka
dilukiskan sebagai mengutamakan rasion d’etat. Birokrat Utsmaniyyah melihat
pemeliharaan kesatuan negara dan kemajuan Islam sebagai tugasnya. Ini
diungkapkan dalam rumusan Din U devlet (din wa daulat) atau agama dan
negara. Tetapi aspek paling efektif dari kontrol pemerintahan Utsmaniyyah
terhadap lembaga Ulama, yaitu hirarki orang-orang berilmu atau memiliki
pengetahuan keagamaan.
Pada abad ke-16 M, mulai berkembang birokrasi yang rumit (kalemiye),
yakni birokrasi yang terdiri dari dua kelompok besar, yaitu :
- Sekretaris yang mempersiapkan secara seksama dokumen-dokumen pemerintah, peraturan dan tanggapan terhadap petisi.
- Para petugas yang menjaga keuangan, penilaian terhadap aset yang terkena pajak serta catatan mengenai berapa besar jumlah pajak yang terkumpul.
B.
Masa
Puncak Dan Kemajuan Peradaban
Setelah
Utsman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al Utsman (raja besar keluarga
Utsman), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang
daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian
pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.
Pada awalnya kerajaan Turki Utsmani hanya memiliki wilayah yang
sangat kecil, namun dengan adanya dukungan militer, tidak beberapa lama Utsmani
menjadi Kerajaan yang besar bertahan dalam kurun waktu yang lama. Setelah Usman
meninggal pada 1326, puteranya Orkhan (Urkhan) naik tahta pada usia 42 tahun.
Pada periode ini tentara Islam pertama kali masuk ke Eropa. Orkhan berhasil
mereformasi dan membentuk tiga pasukan utama tentara. Pertama, tentara sipani
(tentara reguler) yang mendapatkan gaji tiap bulannya. Kedua, tentara Hazeb
(tentara reguler) yang digaji pada saat mendapatkan harta rampasan perang (Mal
al-ghanimah). Ketiga tentara Jenisari direkrut pada saat berumur dua
belas tahun, kebanyakan adalah anak-anak kristen yang dibimbing islam dan
disiplin yang kuat.
Pada
masa pemerintahan Orkhan (1326-1359 M), kerajaan Turki Utsmani ini dapat
menaklukkan Azmir (1327 M), Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara
(1354 M) dan Gallipoli (1356 M). Daerah-daerah itulah yang pertama kali
diduduki kerajaan Utsmani, ketika Murad I, pengganti Orkhan berkuasa (1359-1389
M). Selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke
benua Eropa. Ia dapat menaklukkan Adnanopel yang kemudian dijadikan ibukota
kerajaan yang baru. Mrerasa cemas terhadap ekspansi kerajaan ke Eropa, Paus mengobarkan
semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul
mundur Turki Utsmani, namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), dapat menghancurkan
pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut.
Haji Bithas, seorang ulama sufi menyebut pasukan tersebut dengan Enicary
pasukan baru, mereka juga dekat dengan tentara bakteshy, sehingga
akhirnya pasukan tersebut juga dinamai tentara bakhteshy tentara tersebut
dibagi dalam, sepuluh, seratus dan seribu setiap kelompoknya, mereka diasingkan
dari keluarga, mereka membawa kejayaan Utsmani, pasukan elit ini dikeluarkan
saat tentara reguler dan tentara ireguler sudah lelah dalam pertempuran. Dengan
cepat dan sigap pasukan ini menyerbu setiap musuh yang datang melawan.
Dalam peluasan wilayah Utsmani mengalami kemunduran, merekalah
yang melakukan reformasi dan menjadi “penguasa” defaktor, karena tentara
tersebut terlalu menyalahgunakan kekuasaan, akhirnya pada masa Sultan Mahmud II
mereka dibubarkan.
Penggantinya yaitu, puteranya yang bernama Murad I berhasil menaklukkan
banyak daerah, seperti Adrianopal, Masedonea, Bulgaria, serbia dan Asia kecil.
Namun yang paling monumental adalah penaklukan di Kosovo. Dengan demikian lima
ratus tahun daerah tersebut dikuasai oleh pemerintah Turki Utsmani. Dia
penguasa yang shaleh dan taat kepada Allah. Murad I meskipun banyak menalukkan
peperangan namun tidak pernah kalah, ia dijuluki sebagai Alexander pada abad
pertengahan, bahkan ia dinilai sebagai pendiri dinasti Turki Utsmani yang
sebenarnya. Putra Murad yang bernama Bayazid menggantikan ayahnya, ia terkenal
dengan gelar Ildrim/Eldream. Bayazid dengan cepat menaklukkan daerah dan
memperluas di Eropa.
Ekspansi
Bayazid I sempat berhenti karena adanya tekanan dan serangan dari pasukan Timur
Lenk ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi antara tahun 1402 M dan pasukan
Turki mengalami kekalahan. Bayazid I dan putranya ditawan kemudian meninggal
pada tahun 1403 M. Kekalahan tersebut membawa dampak
yang buruk bagi Kerajaan Utsmani yaitu banyaknya penguasa-penguasa Seljuk di
Asia kecil yang melepaskan diri. Begitu pula dengan Bulgaria dan Serbia, tetapi
hal itu dapat diatasi oleh Sultan Muhammad I (1403-1421 M). Usaha beliau yang
pertama yaitu meletakkan dasardasar keamanan dan perbaikan-perbaikan dalam
negeri. Usaha beliau kemudian diteruskan oleh Sultan Murad II (1421-1451).
Turki Utsmani mengalami kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II (1451-1484 M)
atau Muhammad Al-Fatah. Beliau mengalahkan Bizantium dan menaklukkan
Konstantinopel pada tahun 1453 M yang merupakan
kekuatan terakhir Imperium Romawi Timur.
Setelah ia meninggal digantikan dengan Murad II. Ia mengembalikan
daerah-daerah di Eropa (kosovo) yang lepas setelah meninggalnya Bayazid,
Timurlang juga seorang penguasa yang saleh dan dicintai rakyatnya, ia seorang
yang sabar, cerdas, berjiwa besar, dan ahli ketatanegaraan. Ia banyak dipuji
oleh sejarawan barat, ia banyak membangun masjid dan sekolah, termasuk pula
adil, sehingga orang non muslimpun hidup di tengah kedamaian.
Penggantinya Murad II adalah Muhammad II dalam sejarah terkenal
dengan Muhammad Al-Fatih, ia berhasil menaklukkan kota konstantinopel pertama
kali yang telah dicita-citakan sejak khalifah Usman bin Affan, Gubernur
Muawiyah yang pertama kali menyerang konstantinopel dan khalifah-khalifah
selanjtnya yang berabad-abad mencita-citakan penaklukan konstantinopel,
akhirnya tercapai pada abad 29 mei 1453.
Pada saat itulah awal kehancuran Bizantium yang telah berkuasa
sebelum masa Nabi. Sultan Muhammad al-Fatih menaklukkan venish, Italy, Rhodos,
dan cremia yang terkenal dengan konstantinopel.
Selanjutnya pada tahun 1520-1566 M, Sulaiman Agung menjadi
penguasa baru di kerajaan Turki Utsmani menggantikan Salim I dan dia dijuluki
Sulaiman Al-Qanuni. Sulaiman bukan hanya sultan yang paling terkenal dikalangan
Turki Utsmani, akan tetapi pada awal ke 16 ia adalah kepala negara yang paling
terkenal di dunia. Ia seorang penguasa yang shaleh, ia mewajibkan rakyat muslim
harus shalat lima kali dan berpuasa di bulan ramadhan, jika ada yang melanggar
tidak hanya dikenai denda namun juga sanksi badan.
Sulaiman juga berhasil menerjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa Turki,
pada saat Eropa terjadi pertentangan antara katolik kepada khalifah Sulaiman,
merteka di beri kebebasan dalam memilih agama dan diberikan tempat di Turki
Utsmani. Lord Cerssay mengatakan, bahwa pada zaman dimana dikenal ketidakadilan
dankelaliman katholik roma dan protestan, maka Sultan Sulaiman yang paling adil
dengan rakyatnya meskipun ada yang tidak beragama islam. Setelah Sulaiman,
kerajaan turki Utsmani mengalami kemunduran.
Setelah Usman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al Usman (raja
besar keluarga Usman), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat
diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan kota
Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota
kerajaan.
Pada masa pemerintahan Orkhan (1326-1359 M), kerajaan Turki
Utsmani ini dapat menaklukkan Azmir (1327 M), Thawasyanli (1330 M), Uskandar
(1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M). Daerah-daerah itulah yang
pertama kali diduduki kerajaan Utsmani,ketika Murad I, pengganti Orkhan berkuasa
(1359-1389 M). Selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan
daerah ke benua Eropa. Ia dapat menaklukkan Adnanopel yang kemudian dijadikan
ibukota kerajaan yang baru. Mrerasa cemas terhadap ekspansi kerajaan ke Eropa,
Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan
untuk memukul mundur Turki Utsmani, namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), dapat
menghancurkan pasukan sekutu K RISTEN Eropa tersebut.
Pada masa Sultan Salim I (1512-1520 M), ekspansi dialihkan ke
Timur, Persia, Syiria dan Mesir berhasil ditaklukkannya. Ekspansi tersebut
dilanjutkan oleh putranya Sulaiman I (1520-1526 M) dan berhasil menaklukkam
Irak, Belgaro,kepulauan Rhodes, Tunis dan Yaman. Masa beliau merupakan puncak
keemasan dari kerajaan Turki Utsmani, karena dibawah pemerintahannya berhasil
menyatukan wilayah yang meliputi Afrika Utara, Mesir, Hijaz, Irak, Armenia,
Asia Kecil, Krimea, Balkan, Yunani, Bulgaria, Bosnia, Hongaria, Rumania sampai
batas sungai Danube dengan tiga lautan, yaitu laut Merah, laut Tengah dan laut
Hitam.
Akibat kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin
dalam mempertahankan Turki Utsmani membawa dampak yang baik sehingga
kemajuankemajuan dalam perkembangan wilayah Turki Utsmani dapat di raihnya
dengan cepat. Dengan cara atau taktik yang dimainkan oleh beberapa penguasa
Turki seperi Sultan Muhammad yang mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan
dasar-dasar keamanan dalam negerinya yang kemudian diteruskan oleh Murad II
(1421-1451M). Sehingga Turki Utsmani mencapai puncak
kejayaan pada masa Muhammad II (1451- 1484 M). Usaha ini di tindak lanjuti oleh
raja-raja berikutnya, sehingga dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qonuni. Ia
tidak mengarahkan ekspansinya kesalah satu arah timur dan Barat, tetapi seluruh
wilayah yang berada disekitar Turki Utsmani itu, sehingga Sulaiman berhasil
menguasai wilayah Asia kecil. Kemajuan dan perkembangan wilayah kerajaan
Utsmani yang luas berlangsung dengan cepat dan diikuti oleh kemajuan-kemajuan
dalam bidang-bidang kehidupan lain yang penting, diantaranya :
Bidang Kemiliteran dan
Pemerintahan
Untuk pertama kalinya Kerajaan Utsmani mulai mengorganisasi
taktik, strategi tempur dan kekuatan militer dengan baik dan teratur. Sejak
kepemimpinan Ertoghul sampai Orkhan adalah masa pembentukan kekuatan militer.
Perang dengan Bizantium merupakan awal didirikannya pusat pendidikan dan
pelatihan militer, sehingga terbentuklah kesatuan militer yang disebut dengan Jenissari
atau Inkisyariah . Selain itu kerajaan Utsmani membuat struktur
pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan Sultan yang dibantu oleh
Perdana Menteri yang membawahi Gubernur. Gubernur mengepalai daerah tingakat I.
Di bawahnya terdapat beberapa bupati. Untuk mengatur urusan pemerintahan
negara, di masa Sultan Sulaiman I dibuatlah UU yang diberi nama Multaqa
Al-Abhur , yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Utsmani sampai
datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasanya ini, di ujung namanya di
tambah gelar al-Qanuni .
Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan Turki Utsmani merupakan perpaduan bermacam-macam
kebudayaan diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari
kebudayaan Persia mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata
krama dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak
diserap dari Bizantium. Dan ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan
kemasyarakatan, keilmuan dan huruf diambil dari Arab.
Dalam bidang Ilmu Pengetahuan di Turki Utsmani tidak begitu menonjol karena
mereka lebih memfokuskan pada kegiatan militernya, sehingga dalam khasanah
Intelektual Islam tidak ada Ilmuwan yang terkemuka dari Turki Utsmani.
Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam
lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan
kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi
hukum yang berlaku. Oleh karena itu, ajaran-ajaran tharekat berkembang dan juga
mengalami kemajuan di Turki Utsmani. Para Mufti menjadi pejabat tertinggi dalam
urusan agama dan beliau mempunyai wewenang dalam memberi fatwa resmi terhadap
problem keagamaan yang terjadi dalam masyarakat.
Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kerajaan Turki Utsmani tersebut
tidak terlepas daripada kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, antara lain:
Mereka adalah bangsa yang penuh semangat, berjiwa besar dan giat.
Mereka memiliki kekuatan militer yang besar.
Mereka menghuni tempat yang sangat strategis, yaitu Constantinopel
yang berada pada tititk temu antara Asia dan Eropa.
Disamping itu keberanian, ketangguhan dan kepandaian taktik yang
dilakukan olah para penguasa Turki Utsmani sangatlah baik, serta terjalinnya
hubungan yang baik dengan rakyat kecil, sehingga hal ini pun juga mendukung
dalam memajukan dan mempertahankan kerajaan Turki Utsmani.
C.
Tokoh-tokoh pada Masa Turki Utsmani
Masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1566 M) merupakan puncak
kejayaan daripada kerajaan Turki Utsmani. Beliau terkenal dengan sebutan
Sulaiman Agung atau Sulaiman Al-Qonuni. Akan tetapi setelah beliau wafat
sedikit demi sedikit Turki Utsmani mengalami kemunduran. Setelah Sulaiman
meninggal Dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putera-puteranya, yang
nenyebabkan kerajaan Turki Utsmani mundur akan tetapi meskipun terus mengalami
kemunduran kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai
militer yang tangguh. Kerajaan ini memang masih bertahan lima abad lagi setelah
sepeninggalnya Sultan Sulaiman 1566 M.
Sultan Sulaiman di ganti Salim II. Pada masa pemerintahan Salim II
(1566-1573 M), pasukan laut Utsmani mengalami kekalahan atas serangan gabungan
tentara Spanyol, Bandulia, Sri Paus dan sebagian armada pendeta Malta yang
dipimpin Don Juan dari Spanyol. Kekalahan ini menyebabkan Tunisia dapat direbut musuh. Tetapi pada tahun 1575 M, Tunisia
dapat direbut kembali oleh Sultan Murad III (1574-1595 M). Pada masa
pemerintahannya, keadaan dalam negeri mengalami kekacauan. Hal itu disebabkan
karena ia mempunyai kepribadian yang buruk. Keadaan itu semakin kacau setelah
naiknya Sultan Muhammad III (1595-1603 M), Sultan Ahmad I (1603-1671 M) dan
Musthofa I (1617-1622 M), akhirnya Syeikh Al-Islam mengeluarkan fatwa agar
Musthofa I turun dari jabatannya dan diganti oleh Usman II (1618-1622 M).
Pada masa pemerintahan Sultan Murad IV (1623-1640 M), mulai
mengadakan perbaikan-perbaikan, tetapi sebelum ia berhasil secara keseluruhan,
masa pemerintahannya berakhir. Kemudian pemerintahan dipegang oleh Ibrahim
(1640-1648 M), yang pada masanya orang-orang Venesia
melakukan peperangan laut dan berhasil mengusir orang Turki Utsmani di Cyprus dan Creta pada tahun 1645 M. Pada tahun 1663 M pasukan
Utsmani menderita kekalahan dalam penyerbuan ke Hungaria. Dan juga pada tahun
1676 M dalam pertempuran di Mohakes, Hungaria. Turki Utsmani dipaksa menandatangani
perjanjian Karlowitz pada tahun 1699 M yang berisi
pernyataan penyerahan seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar Slovenia dan
Croasia kepada Hapsburg. Dan penyerahan Hermeniet, Padalia, Ukraenia, More dan
sebagian Dalmatia kepada penguasaVenesia.
Pada tahun 1770 M pasukan Rusia mengalahkan armada Utsmani di
sepanjang pantai Asia Kecil. Namun kemenangan ini dapat direbut kembali oleh
Sultan Musthofa III (1757- 1774 M). Dan pada tahun 1774 M, penguasa Utsmani
Abddul Hamid (1774-1789 M) terpaksa menandatangani kinerja dengan Catherine II dari Rusia yang berisi penyerahan benteng-benteng
pertahanan di Laut Hitam kepada Rusia dan pengakuan kemerdekaan atas Crimea.
Pemerintahan Turki, masa pasca Sulaiman banyak terjadi
kekacauan-kekacauan yang menyebabkan kemunduran dalam mempertahankan Turki
Utsmani (kerajaan Utsmani). Hal ini dikarenakan benyaknya berganti pemimpin
atau penguasa yang hanya meperebutkan jabatan tanpa memikirkan langkah-langkah
selanjutnya yang lebih terarah pada tegaknya kerajaan Utsmani. Sifat dari pada
para pemimpin juga mempengaruhi keadaan kerajaan Utsmani, seperti halnya sifat
jelek yang dilakukan Sultan Murad III (1574-1595 M) yakni yang selalu menuruti
hawa nafsunya sehingga kehidupan moral Sultan Murad yang jelek itu menyebabkan
timbulnya kekacauan dalam negeri Utsmani itu sendiri.
Banyaknya kemunduran yang dirasakan selama kurang lebih dua abad
ditinggal Sultan Sulaiman. Tidak ada tanda-tanda membaik sampai setengah
pertama dari abad ke -19 M. Oleh karena itu, satu persatu negara-negara di
Eropa yang pernah dikuasai kerajaan Utsmani ini memerdekakan diri. Bukan hanya
negeri-negeri di Eropa yang memang sedang mengalami kemajuan memberonak
terhadap kerajaan-kerajaan Utsmani, tetapi juga beberapa didaerah timur tengah
mencoba bangkit memberontak. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa kemunduran
Turki Utsmani pasca Sulaiman disebabkan karena banyaknya terjadi
kekacauan-kekacauan yang menyebabkan kemunduran dalam kerajaan Utsmani.
Tokoh-Tokoh
Pembaharuan Masa Kerajaan Turki Utsmani
Sultan
Mahmud II
Mahmud lahir pada tahun 1785 dan mempunyai didikan tradisional,
antara lain pengetahuan agama, pengetahuan pemerintahan, sejarah dan sastra
Arab, Turki dan Persia. Ia diangkat menjadi Sultan di tahun 1807 dan meninngal
di tahun 1839. Di bagian pertama dari masa kesultanannya ia disibukkan oleh
peperangan dengan Rusia dan usaha menundukkan daerah-daerah yang mempunyai
kekuasaan otonomi besar, peperangan dengan Rusia selesai di tahun 1812. Setelah
kekuasaannya sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Utsmani bertambah kuat, Sultan
Mahmud II melihat bahwa telah tiba masanya untuk memulai usaha-usaha
pembaharuan yang telah lama ada dalam pemikirannya.
Sultan Mahmud II, dikenal sebagai Sultan yang tidak mau terikat
pada tradisi dan tidak segan-segan melanggar adat kebiasaan lama. Sultan-sultan
sebelumnya menganggap diri mereka tinggi dan tidak pantas bergaul dengan
rakyat. Oleh karena itu, mereka selalu mengasingkan diri dan meyerakan soal
mengurus rakyat kepada bawahan-bawahan. Timbullah anggapan mereka bukan manusia
biasa dan pembesar-pembesar Negara pun tidak berani duduk ketika menghadap
Sultan. Tradisi aristokrasi ini dilanggar oleh Mahmud II. Ia
mengambil sikap demokratis dan selalu muncul di muka umum untuk berbicara atau
menggunting pita pada upacara-upacara resmi. Menteri dan pembesar-pembesar
negara lainnya ia biasakan duduk bersama jika datang menghadap. Pakaiam
kerajaan yang ditentukan untuk Sultan dan pakaian kebesaran yang biasa dipakai
Menteri dan pembesar-pembesar lain ia tukar dengan pakaian yang lebih
sederhana. Tanda-tanda kebesaran hilang, rakyat biasa dianjurkan pula supaya
meninggalkan pakaian tradisional dan menukarnya dengan pakaian Barat. Perubahan
pakaian ini menghilangkan perbedaan status dan sosial yang nyata kelihatan pada
pakaian tradisional. Kekuasaan-kekuasaan luar biasa yang menurut tradisi
dimiliki oleh penguasa-penguasa Utsmani ia batasi. Kekuasaan Pasya atau
Gubernur untuk menjatuhkan hukum mati dengan isyarat tangan ia hapuskan.
Hukuman bunuh untuk masa selanjutnya hanya bisa di keluarkan oleh hakim.
Penyitaan negara terhadap harta orang yang dibuang atau dihukum mati juga ia
tiadakan. Sultan Mahmud II juga mengadakan perubahan dalam organisasi
pemerintahan Kerajaan Utsmani. Menurut tradisi Kerajaan Utsmani dikepalai oleh
seorang Sultan yang mempunyai kekuasaan duniawi dan kekuasaan rohani. Sebagai
penguasa duniawi ia memakai titel Sultan dan sebagai kepala rohani umat Islam
ia memakai gelar Khalifah. Dengan demikian, Raja Utsmani mempunyai dua bentuk
kekuasaan, kekuasaan memerintah Negara dan kekuasaan menyiarkan dan membela
Islam.
Perubahan penting yang diadakan oleh Sultan Mahmud II dan yang
kemudian mempunyai pengaruh besar pada perkembangan pembaharuan di Kerajaan
Utsmani ialah perubahan dalam bidang pendidikan. Seperti halnya di Dunia Islam
lain di zaman itu, Madrasah merupakan satu-satunya lembaga pendidikan umum yang
ada di Kerajaan Utsmani. Di Madrasah hanya diajarkan agama sedangkan
pengetahuan umum tidak diajarkan. Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan Madrasah
tradisional tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman abad ke-19. Di masa
pemerintahannya orang kurang giat memasukkan anak-anak mereka ke Madrasah dan
mengutamakan mengirim mereka belajar keterampilan secara praktis di perusahaan
industri. Oleh karena itu, ia mengadakan perubahan dalam kurikulum Madrasah
dengan menambah pengetahuan-pengetahuan umum di dalamnya, seperti halnya di
Dunia Islam lain pada waktu itu memang sulit. Madrasah tradisional tetap
berjalan tetapi disampingnya Sultan mendirikan dua sekolah pengetahuan umum.
Mekteb-i Ma’arif (Sekolah Pengetahuan Umun) dan Mekteb-i Ulum-u Edebiye
(Sekolah Sastra). Siswa untuk kedua sekolah itu dipilih dari lulusan Madrasah
yang bermutu tinggi. Selain itu, Sultan Mahmud II juga mendirikan Sekolah Militer,
Sekolah Teknik, Sekolah Kedokteran dan Sekolah Pembedahan. Lulusan Madrasah
banyak meneruskan pelajaran di sekolah-sekolah yang baru didirikannya. Selain
dari mendirikan Sekolah Sultan Mahmud II juga mengirim siswa-siswa ke Eropa
yang setelah kembali ke tanah air juga mempunyai pengaruh dalam penyebaran
ide-ide baru di Kerajaan Utsmani. Pembaharuan-pembaharuan yang diadakan Sultan
Mahmud II di ataslah yang menjadi dasar bagi pemikiran dan usaha pembaharuan
selanjutnya di Kerajaan Utsmani abad ke-19 dan Turki abad ke-20.
Tanzimat
Istilah tanzimat berasal dari bahasa Arab dari kata Tanzim yang
berarti pengaturan, penyusunan dan memperbaiki. Dalam pembaharuan yang diadakan
pada masa Tanzimat merupakan sebagai lanjutan dari usaha-usaha yang dijalankan
oleh Sultan Mahmud II yang banyak mengadakan pembaharuan peraturan dan
perundang-undangan. Secara terminology. Tanzimat adalah suatu usaha pembaharuan
yang mengatur dan menyusun serta memperbaiki struktur organisasi pemerintahan,
sosial, ekonomi dan kebudayaan, antara tahun 1839-1871 M. Tokoh-tokoh penting
Tanzimat antara lain : Mustafa Rasyid Pasya, Mustafa Sami, Mehmed Sadek Rif’at
Pasya dan Ali Pasya seperti yang dijelaskan berikut ini :
Mustafa Rasyid Pasya (1880-1858). Pemuka utama dari pembaharuan di
zaman Tanzimat ialah Mustafa Rasyid Pasya, ia lahir di Istanbul pada
tahun 1800, berpendidikan Madrasah kemudian menjadi pegawai pemerintah. Mustafa
Rasyid Pasya pada tahun 1034 diangkat menjadi Duta Besar untuk daerah Perancis,
selain itu ia juga pernah diangkat menjadi Duta Besar Kerajaan Utsmani di
beberapa negara lain. Setelah itu ia dipanggil pulang untuk menjadi Menteri
Luar Negeri dan pada akhirnya ia diangkat menjadi Perdana Menteri. Usaha
pembaharuannya yang terpenting ialah sentralisasi pemerintahan dan modernisasi
angkatan bersenjata pada tahun 1839.
Mustafa Sami Pasya (wafat 1855). Mustafa Sami Pasya mempunyai
banyak pengalaman di luar negeri antara lain di Roma, Wina, Berlin, Brussel,
London, Paris dan negara lainnya sebagai pegawai dan duta. Menurut pendapat
Mustafa Sami Pasya, kemajuan bangsa Eropa terletak pada keunggulan mereka dalam
lapangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebab lain dilihatnya karena toleransi
beragama dan kemampuan orang Eropa melepaskan diri dari ikatan-ikatan agama, di
samping itu pula pendidikan universal bagi pria dan wanita sehingga umumnya
orang Eropa pandai membaca dan menulis.
Mehmed Sadik Rif’at Pasya. Seorang pemuka tanzimat lain yang
pemikirannya lebih banyak diketahui orang adalah Mehmed Sadik Rif’at Pasya yang
lahir pada tahun 1807 dan wafat tahun 1856 M. Pendidikannya selesai di
madrasah, ia melanjutkan pelajaran ke sekolah sastra, yang khusus diadakan
untuk calon-calon pegawai istana. Tahun 1834 ia diangkat menjadi Pembantu
Menteri Luar negeri, tiga tahun kemudian ia diangkat menjadi Menteri Luar
Negeri dan selanjutnya Menteri Keuangan. Pokok-pokok pemikiran dan
pembaharuannya ialah Sultan dan pembesar-pembesar negara harus tunduk pada
undang-undang dan peraturan-peraturan lainnya. Negara harus tunduk pada hokum
(negara hukum), kodifikasi hukum, administrasi, pengaturan hak dan kewajiban
rakyat, reorganisasi, angkatan bersenjata, pendidikan dan keterampilan serta
dibangunnya Bank Islam Utsmani pada tahun 1840. Ide-ide yang dicetuskan Sadik
Rif’at pada zaman itu merupakan hal baru karena orang tidak mengenal peraturan,
hukum, hak dan kebebasan. Ketika itu petani lebih banyak menjadi budak bagi
tuan tanah dan rakyat budak bagi Sultan. Pemikiran Sadik Rif’at sejalan dengan
pemikiran Mustafa Rasyid Pasya yang pada masa itu mempunyai kedudukan sebagai
Menteri Luar Negeri.
Ali Pasya (1815-1871). Beliau lahir pada tahun 1815 di Istanbul
dan wafat tahun 1871, anak dari seorang pelayan toko. Dalam usia 14 tahun ia
sudah diangkat menjadi pegawai. Tahun 1840 diangkat menjadi Duta Besar London
dan sebelum menjadi Duta Besar ia sering kali menjadi staf Perwakilan Kerajaan
Utsmani di berbagai negara Eropa dan di tahun 1852 ia menggantikan kedudukan
Rasyid Pasya sebagai Perdana Menteri. Usaha pembaharuannya antara lain :
tentang pengakuan semua aliran spiritual pada masa itu, jaminan melaksanakan
ibadahnya masing-masing, larangan memfitnah karena agama, suku dan bahasa, jaminan
kesempatan belajar, sistem peradilan dan lain-lainnya.
Pembaharuan yang dilaksanakan oleh tokoh-tokoh pembaharuan di
zaman Tanzimat tidaklah seluruhnya mendapat dukungan bahkan mendapat kritikan
baik dari dalam atau di luar Kerajaan Utsmani karena gerakan-gerakan tanzimat
untuk mewujudkan pembaharuan didasari oleh pemikiran liberalisme Barat dan
meninggalkan pola dasar syariat agama, hal ini salah satu sebab yang utama
sehingga gerakan tannzimat mengalami kegagalan dalam usaha pembaharuannya.
Usman
Muda
Sebagaimana dikatakan bahwa pembaharuan yang diusahakan dalam
Tanzimat belumlah mendapat hasil sebagaimana yang diharapkan, bahkan mendapat
kritikan-kritikan dari luar kaum cendekiawan. Kegagalan oleh Tanzimat dalam
mengganti konstitusi yang absolut merupakan cambuk untuk usaha-usaha
selanjutnya. Untuk mengubah kekuasaan yang absolut maka timbullah usaha atau
gerakan dari kaum cendikiawan melanjutkan usaha-usaha Tanzimat. Gerakan ini
dikenal dengan Young Ottoman-Yeni Utsmanilar (Gerakan Utsmani Muda) yang
didirikan pada tahun 1865.
Utsmani Muda pada asalnya merupakan perkumpulan manusia yang
didirikan di tahun 1865 dengan tujuan untuk mengubah pemerintahan absolut
kerajaan Utsmani menjadi pemerintahan konstitusional. Setelah rahasia terbuka
pemuka-pemukanya lari ke Eropa di tahun 1867 dan di sanalah gerakan mereka
memperoleh nama Utsmani Muda. Para tokoh Utsmani Muda banyak yang melakukan
gerakan rahasia dalam menentang kekuasaan absolut Sultan. Namun sikap politik
mereka itu akhirnya diketahui oleh Sultan. Akhirnya mereka banyak yang pergi ke
Eropa dan di sana mereka menyusun kekuatan. Maka setelah situasi Turki aman
kembali, mereka pun banyak yang pulang ke tanah air dan meneruskan cita-cita
mereka, terutama tentang ide-ide pembaharuan.
Beberapa tokoh dari gerakan itu membawa angin baru tentang
demokrasi dan konstitusional pemerintahan yang menjunjung tinggi kekuasaan
rakyat bukan kekuasaan absolut. Diantara tokoh itu ialah : Zia Pasya, Nanik
Kemal, dan Midhat Pasya.
Zia Pasya Zia Pasya lahir pada tahun 1825 di Istambul dan
meninggal dunia pada tahun 1880. Ia anak seorang pegawai Kantor Beacukai di
Istanbul. Pendidikannya setelah selesai sekolah di Sulaemaniye yang didirikan
Sultan Mahmud II dalam usia muda dia diangkat menjadi pegawai pemerintah, kemudian
atas usaha Mustafa Rasyid Pasya pada tahun 1854 ia diterima menjadi salah
seorang sekretaris Sultan. Disinilah ia dapat mengetahui tentang sistem dan
cara Sultan memerintah dengan otoriter. Untuk keperluan tugas barunya, ia
mempelajari bahasa Perancis dan dalam waktu yang singkat ia menguasai dan dapat
menerjemahkan buku-buku Perancis ke dalam bahasa Turki. Karena terjadi
kesalah-pahaman dengan Ali Pasya maka ia pergi ke Eropa pada tahun 1867 dan
tinggal disana selama lima
Namik Kemal. Beliau termasuk pemikir terkemuka dari Utsmani Muda,
lahir pada tahun 1840 di Tekirdag. Dia berasal dari keluarga ningrat.
Orangtuanya menyediakan pendidikan di rumah di samping pelajaran bahasa Arab,
Persia, juga diberikan bahasa Perancis. Oleh karena itu, dalam usia yang sangat
muda ia sudah menguasai berbagai bahasa. Dalam usia belasan tahun dia diangkat
menjadi pegawai kantor penerjemah dan kemudian dipindahkan menjadi pegawai di
istana Sultan. Namik Kemal banyak dipengaruhi oleh pemikiran Ibrahim Sinasih
(1826-1871) yang berpendidikan Barat dan banyak mempunyai pandangan modernisme.
Nanik mempunyai jiwa Islami yang tinggi, sehingga walaupun ia dipengaruhi
pemikiran Barat namun masih menjunjung tinggi moral Islam dalam ide-ide
pembaharuannya.
Menurutnya Turki saat ini mundur karena lemahnya politik dan
ekonomi. Untuk bisa memajukan ekonomi dan politik Turki harus ada perubahan
dalam sistem pemerintahan. Untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang ideal,
penguasa harus menjunjung tinggi kepentingan rakyat. Karena kepentingan rakyat
menjadi asas negara, maka negara mesti demokratis, yaitu pemerintahan yang
didasarkan atas dukungan dan kepentingan. Yang dikehendaki oleh Nanik Kemal
adalah pemerintahan demokrasi dan pemerintahan serupa ini menurut pendapatnya
tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Negara Islam yang dibentuk dan dipimpin
oleh empat khalifah besar, sebenarnya mempunyai corak demokrasi. Sistem bai’ah
yang terdapat dalam pemerintahan Khalifah pada hakikatnya merupakan kedaulatan
rakyat. Melalui bai’ah rakyat menyatakan persetujuan mereka atas pengangkatan
khalifah yang baru. Dengan demikian bai’ah merupakan kontrak sosial dan kontrak
yang terjadi antara rakyat dan khalifah itu dapat dibatalkan jika khalifah
mengabaikan kewajiban-kewajibannya sebagai Kepala Negara.
Turki
Muda
Setelah dibubarkannya parlemen dan dihancurkannya gerakan Utsmani
Muda, maka Sultan Abdul Hamid memerintah dengan kekuasaan yang lebih absolut.
Kebebasan berbicara dan menulis tidak ada. Dalam suasana yang demikian
timbullah gerakan oposisi terhadap pemerintah yang obsolut Sultan Abdul Hamid
sebagaimana halnya di zaman yang lalu dengan Sultan Abdul Aziz. Gerakan oposisi
dikalangan perguruan tinggi, mengambil bentuk perkumpulan rahasia, di kalangan
cendekiawan dan pemimpin-pemimpinnya lari ke luar negeri dan disana melanjutkan
oposisi mereka dan gerakan di kalangan militer menjelma dalam bentuk
komite-komite rahasia. Oposisi berbagai kelompok inilah yang kemudian dikenal
dengan nama Turki Muda.
Tokoh-tokoh Turki Muda, antara lain adalah Ahmad Riza (1859-1930),
Mehmed Murad (1853-1912) dan Pangeran Sahabuddin (1887-1948).
Ahmad Riza Ahmad Riza adalah anak seorang bekas anggota parlemen
bernama Injilis Ali. Dalam pendidikannya ia sekolah di pertanian untuk kelak
dapat bekerja dan berusaha mengubah nasib petani yang malang dan studinya ini
diteruskan di Perancis sekembalinya ia dari perancis ia bekerja di Kementerian
Pertanian, tapi ternyata hubungan pemerintah dengan petani yang miskin sedikit
sekali, karena kementerian itu lebih disibukkan dengan birokrasi. Kemudia ia
pindah ke Kementerian Pendidikan namun disini juga disibukkan dengan birokrasi
tapi kurang disibukkan dengan pendidikan.
Pembaharuan yang dilakukan oleh Ahmad Riza antara lain adalah
ingin mengubah pemerintahan yang absolut kepada pemerintahan konstitusional.
Karena menurutnya akan menyelamatkan Kerajaan Utsmani dari keruntuhan adalah
melalui pendidikan dan ilmu pengetahuan positif dan bukan dengan teologi atau
metafisika. Adanya dan terlaksananya program pendidikan yang baik akan berhajat
pada pemerintahan yang konstitusional.
Mehmed Murad (1853-1912). Mehmed Murad berasal dari Kaukasus dan
lari ke Istanbul pada tahun 1873 yakni setelah gagalnya pemberontakan Syekh
Syamil di daerah itu. Ia belajar di Rusia dan di sanalah ia berjumpa dengan
ide-ide Barat, namun pemikiran Islam berpengaruh pada dirinya.
Ia berpendapat bahwa bukanlah Islam yang menjadi penyebab
mundurnya Kerajaan Utsmani dan bukan pula rakyatnya, namun sebab kemunduran itu
terletak pada Sultan yang memerintah secara absolut. Oleh karena itu,
menurutnya kekuasaan Sultan harus dibatasi. Dalam hal ini dia berpendapat bahwa
musyawarah dalam Islam sama dengan konstitusional di dunia Barat. Ia
mengusulkan didirikan satu Badan Pengawas yang tugasnya mengawasi jalannya
undang-undang agar tidak dilanggar oleh pemerintah. Di samping itu diadakan
pula Dewan syariat agung yang anggotanya tersusun dari wakil-wakil negara Islam
di Afrika dan Asia dan ketuanya Syekh Al-Islam Kerajaan Utsmani.
D. Kemunduran Kerajaan
Turki Utsmani
Kehancuran imperium Utsmani merupakan transisi yang lebih komplek
dari masyarakat Islam imperial abad 18. Menjadi negara-negara nasional modern,
rezim Utsmani menguasai wilayah yang sangat luas, meliputi Balkan, Turki, Timur
Tengah, Mesir dan Afrika Utara, dan pada abad ke-19, secara substansial Utsmani
memperbaiki kekuasaan pemerintah pusat, mengkonsolidasikan kekuasaannya atas
beberapa propinsi dan melancarkan reformasi ekonomi, sosial, dan kultural yang
dengan kebijakan tersebut mereka berharap dapat menjadikan rezim Utsmani mampu
bertahan di dunia modern.
Kemunduran
Turki Utsmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni. Hal ini disebabkan
karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan Sulaiman meninggal
diantaranya perebutan kekuasaan antara putera beliau sendiri. Para pengganti
Sulaiman sebagian besar orang yang lemah dan mempunyai sifat dan kepribadian
yang buruk. Juga karena melemahnya semangat perjuangan prajurit Utsmani yang
mengakibatkan kekalahan dalam mengahadapi beberapa peperangan. Ekonomi semakin
memburuk dan system pemerintahan tidak berjalan semestinya. Selain faktor
diatas, ada juga faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Utsmani mengalami
kemunduran, diantaranya adalah :
Wilayah
Kekuasaan yang Sangat Luas
Perluasan
wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan Utsmani, menyebabkan
pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan administrasi pemerintahan,
terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman.
Heterogenitas
Penduduk
Sebagai
kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi dari berbagai kerajaan, mencakup
Asia kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain, maka di kerajaan Turki
terjadi heterogenitas penduduk. Dari banyaknya dan beragamnya penduduk, maka
jelaslah administrasi yang dibutuhkan juga harus memadai dan bisa memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Akan tetapi kerajaan Utsmani pasca Sulaiman tidak
memiliki administrasi pemerintahan yang bagus di tambah lagi dengan
pemimpinpemimpin yang berkuasa sangat lemah dan mempunyai perangai yang jelek.
Kelemahan
para Penguasa
Setelah
sultan Sulaiman wafat, maka terjadilah pergantian penguasa. Penguasa-penguasa
tersebut memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang lemah akibatnya
pemerintahan menjadi kacau dan susah teratasi.
Budaya
Pungli
Budaya
ini telah meraja lela yang mengakibatkan dekadensi moral terutama dikalangan
pejabat yang sedang memperebutkan kekuasaan (jabatan).
Pemberontakan
Tentara Jenissari
Pemberontakan
Jenissari terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M,
1727 M dan 1826 M. Pada masa belakangan pihak Jenissari tidak lagi
menerapkan prinsip seleksi dan prestasi, keberadaannya didominasi oleh
keturunan dan golongan tertentu yang mengakibatkan adanya
pemberontakan-pemberontakan.
Merosotnya
Ekonomi
Akibat
peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun semakin membengkak,
sementara belanja negara pun sangat besar, sehingga perekonomian kerajaan Turki
pun merosot.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari penjelasan dan uraian diatas perjalanan Islam pada masa turki
Utsmani periode 1500-1700 dapat disimpulkan sebagai berikut:
Nama kerajaan Utsmani diambil dari nama Sultan pertama bernama
Usman. Beliau dengan gigihnya meneruskan cita-cita ayahnya sehingga dapat
menguasai suatu wilayah yang cukup luas dan dapat dijadikan sebuah kerajaan
yang kuat. Bangsa Turki Utsmani berasal dari suku Qoyigh, salah satu kabilah
Turki yang amat terkenal. Pada abad ke-13 mereka mendapat serangan dari bangsa
Mongol. Akhirnya mereka mencari perlindungan dari saudaranya, yaitu Turki
Seljuk. Dibawah pemerintahan Ortoghul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan
Alaudin yang sedang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka, Sultan Alaudin
dapat mengalahkan Bizantium. Kemudian Sultan Alaudin memberi imbalan tanah di
Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Setelah Sultan Alaudin wafat (1300
M), orang-orang Turki segera memproklamirkan kerajaan Turki Utsmani dengan
Usman I sebagai sultannya.
Dari perkembangan yang sangat baik itu maka Turki Utsmani
mengalami kemajuankemajuan yang mendukung sekali dalam pemerintahannya
diantaranya:
a. Dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan. Turki mempunyai
militer yang sangat kuat dan siap bertempur kapan dan dimana saja. Di bidang
urusan pemerintahan dibuat undang-undang yang berguna untuk mengatur urusan
pemerintahan di Turki Utsmani.
b. Dalam bidang
Ilmu Pengetahuan dan Budaya. Turki kaya akan kebudayaan, karya telah terjadi
akulturasi budaya antara Arab, Persia dan Bizantium. Akan tetapi dalam bidang
ilmu pengetahuan Turki Utsmani tidak begitu menonjol karena terlalu berfokus
pada bidang kemiliteran.
c. Dalam
Bidang Keagamaan. Peranan agama di Turki Utsmani sangatlah besar terutama dalam
tradisi masyarakat. Mufti/Ulama' menjadi pejabat tinggi dalam urusan agama dan
berwenang memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yangdihadapi
masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Albert Hourani, Sejarah
Bangsa-Bangsa Muslim, Mizan, Bandung, 2004.
Ali, Syed Amir, Api
Islam, Jakarta: Bulan Bintang. 1978
Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
1993.
Gustave E. Von G., Islam
Kesatuan dalam Beragama, Yayasan Obor Indonesia dan LSI, Jakarta.
Hamka, Sejarah Umat
Islam, III, (Jakarta: Bulan Bintang, 1981)
Hitti,
Philip K. History of the Arabs London, McMillan, 1970
Ira M.
Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2000.
Al Nadwi,
Abu-Al Hasal Ali, Islam Membangun Peradaban Dunia, (Jakarta: Pustaka
Jaya, Djambatan, 1988)
Syafiq A.
Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, Logos, Jakarta, 1997.
Toprak,
Binnaz, Islam and Political Development in Turkey, (Leiden:W.J.Brill,
1981)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar